Jika anda sempat bangun pagi, maka sekali-kali mampirlah ke pasar Krempyeng, dekat lapangan Banaran-Semarang. Tidak harus beli sesuatu, tapi mampir saja, sekedar melihat manusia berjubel disana. Tumpah ruah, berdesakan, banyak sekali, ada bakul jagung, bakul pisang, bakul onde-onde, bakul pete dan bakul sate pun ada. Karena pemandangan itu hanya berlangsung di pagi hari, maka sempatkanlah.
Nasi gudangan jadi “idola” disana, bukan onde-onde. Sudah barang tentu bakul sego gudangan yang paling banyak digerumuti masa. Harganya murah meriah, dan rasanya pun lumayan “mewah”. Lalu kenapa nasi gudangan yang paling banyak dicari? Sekarang saya pun tahu jawabannya : nasi gudangan lebih enak dimakan di pagi hari, tapi kalau sudah lewat pagi, masyaALLAH….biasa saja. Apa lagi jika cara mendapatkannya harus bercucuran keringat, antrean panjang, berdesakan, dan penuh perjuangan, maka pantas saja nasi gudangan bak barang keramat yang diperebutkan. Dari dulu, masyarakat kita sepertinya suka dengan persaingan, untuk beli sebungkus nasi perlu ada sebuah kompetisi disana, saling desak, saling sikut, walau pun di sebuah pasar yang berukuran tidak lebih dari 10 x 10 meter itu. Padahal itu baru nasi, belum yang lain.
Seorang gadis tampak bercucuran keringat, keluar dari desakan masa, melalui antrean panjang, wajahnya sumringah, berdiri seperti hendak berkata : “Bro…, aku baru saja menang perang!!”.
Nasi gudangan jadi “idola” disana, bukan onde-onde. Sudah barang tentu bakul sego gudangan yang paling banyak digerumuti masa. Harganya murah meriah, dan rasanya pun lumayan “mewah”. Lalu kenapa nasi gudangan yang paling banyak dicari? Sekarang saya pun tahu jawabannya : nasi gudangan lebih enak dimakan di pagi hari, tapi kalau sudah lewat pagi, masyaALLAH….biasa saja. Apa lagi jika cara mendapatkannya harus bercucuran keringat, antrean panjang, berdesakan, dan penuh perjuangan, maka pantas saja nasi gudangan bak barang keramat yang diperebutkan. Dari dulu, masyarakat kita sepertinya suka dengan persaingan, untuk beli sebungkus nasi perlu ada sebuah kompetisi disana, saling desak, saling sikut, walau pun di sebuah pasar yang berukuran tidak lebih dari 10 x 10 meter itu. Padahal itu baru nasi, belum yang lain.
Seorang gadis tampak bercucuran keringat, keluar dari desakan masa, melalui antrean panjang, wajahnya sumringah, berdiri seperti hendak berkata : “Bro…, aku baru saja menang perang!!”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar